top of page
Search
  • CSFI News

Melesat 280%, Bagaimana Prospek Saham PT CSFI (IDX: ASHA)?



JAKARTA, Investor.id - Saham PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) kembali mencatatkan penguatan harga hingga mengalami auto reject atas (ARA), Jumat (3/6). Harga saham ASHA naik Rp 76 (25%) menjadi Rp 380.


Posisi tersebut menjadikan kenaikan harga saham ASHA hingga ARA telah berlangsung selama lima hari atau terhitung sejak listing perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 27 Mei 2022. Dengan demikian, harga saham ASHA telah menorehkan ‘cuan’ sebanyak 280% dalam lima hari transaksi di BEI.


Lalu bagaimana prospek bisnis Cilacap Samudera Fishing? Perseroan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, (27/5/2022). Perseroan tercatat sebagai emiten ke-21 yang masuk bursa pada 2022. Sedangkan harga perdana ditetapkan di level Rp 100 per saham, sehingga total dana yang diraup mencapai Rp 125 miliar.



Cilacap Samudera Fishing merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, pengolahan ikan, pertambakan, galangan kapal, dan hasil ikan lautnya, serta memperdagangkan hasil tersebut khususnya untuk komoditas ekspor.


Direktur Utama Cilacap Samudera Fishing Industry William Sutioso beberapa waktu lalu menerangkan dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja perseroan seperti pembelian persediaan ikan Rp 75 miliar. Kemudian sebesar Rp 28 miliar untuk pembelian 99,97% saham PT Jembatan Lintas Global (JLG) yang bergerak dalam bidang perikanan. Sisanya akan digunakan sebagai modal kerja perseroan untuk biaya operasional kantor dan kapal.


Terkait produksi, dia mengatakan, perseroan mengintegrasikan kapal perikanan, unit pengolahan ikan, pemasaran produk hasil ikan, dan dockyard, dimana dockyard ini merupakan yang terbesar di Cilacap dengan fasilitas antara lain slipway: 1,500 DWT dengan sidetrack: 5 lini dengan masing-masing 100m, yang dapat digunakan untuk reparasi kapal dan pembangunan kapal baru, cold storage dan kapal penangkapan ikan, kapal Cargo dan pengolahan ikan.


Perseroan melalui perusahaan afiliasi juga mengelola pelabuhandan kapal tanker sebagai pemasok bahan bakar minyak (BBM) ke kapal. Setiap ketersediaan BBM ini merupakan faktor penting dalam penangkapan ikan, pada saat ini, ketersediaan station pengisian BBM di berbagai pelabuhan dan pendaratan di Indonesia baru sekitar 30% dari jumlah pelabuhan atau pendaratan ikan yang ada.


Dengan pengalaman 40 tahun di industri perikanan maka, perseroan telah membangun jejaring pelanggan lokal mencapai 383 klien dan ekspor 48 klien. “Perseroan secara terus aktif mengembangkan produk-produk baru, pasar ekspor dan domestik yang belum tersentuh, meskipun pada saat ini pasar terbesar adalah ekspor mencapai 80-90%. Namun ke depan, perseroan akan mengembangkan pasar lokal, karena harga jual lebih baik ,” kata William.


Terkait penggunaan dana IPO saham, dia mengatakan, akan dimanfaatkan untuk membiayai akuisisi PT Jembatan Lintas Global. Akuisisi ini merupakan langkah strategis dalam pengembangan pengolahan ikan, karena JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur dengan limpahan ikan segar dari pantai utara dan pantai selatan serta tersedianya SDM, serta akses langsung eksport melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.



Perseroan juga memiliki misi untuk pemberdayaan masyarakat Pesisir dan Perempuan sebagai wujud pembentukan kapasitas (capacity building) dan kesetaraan gender dalam unit pengolahan ikan perseroan. William menekankan bahwa “pengolahan ikan memilki nilai tambah yang dapat meningkatkan margin laba.


Saat ini, menurut dia, JLG telah membuka pasar ekspor untuk pengolahan ikan ke Australia dan dalam proses pasar benua Amerika. PT JLG akan dikembangkan dalam pengelolaan Ikan dan import untuk pasar local ataupun re-ekspor. Pada Desember 2021, perseroan melalui afiliasinya telah memperoleh izin import untuk 1,000 ton ikan. Dengan demikian, perseroan memiliki spektrum penerimaan yang luas.


Perseroan juga akan terus meningkatkan kerja sama dengan satu start up perikanan terkemuka di Indonesia, dalam rangka data platform untuk membangun komunitas perikanan sehingga dapat menjamin ketersediaan supply ikan/sea food, digitalisasi, ERP / MRP, dan pengembangan Super Apps industri perikanan. “Kesemuanya dalam kaitan Big Data sektor perikanan. Proyek Data Platform ini melibatkan, pemilik kapal, local trader, dan nelayan, yang telah di kembangkan di Jawa, Sorong, Banda Aceh, Sibolga dan Padang sebagai titik-titik supply ikan. Proyel ini akan dikembangkan ke titik-titk lainnya di Indonesia,” katanya.


Setelah IPO, pemegang saham ASHA antara lain PT Asha Fortuna Corpora sebesar 30%, PT Mestika Arta Dirga sebesar 15%, PT Inti Sukses International sebesar 15%, Erlin Sutioso sebesar 7,5%, Ervin Sutioso sebesar 7,5% dan masyarakat sebesar 25%.


Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)

625 views1 comment
Post: Blog2_Post
bottom of page